JAKARTA — Pemerintah memastikan bantuan kemanusiaan sebanyak 30 ton beras dari Uni Emirat Arab (UEA) tidak hilang maupun batal disalurkan. Bantuan tersebut saat ini berada dan dikelola oleh Muhammadiyah sebagai bagian dari kerja sama penyaluran bantuan kemanusiaan.
Kepastian itu ditegaskan pemerintah menyusul beredarnya informasi simpang siur terkait distribusi bantuan beras UEA. Pemerintah menegaskan bahwa beras bantuan tersebut tidak dikembalikan dan masih berada di dalam negeri untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan dokumentasi yang diterima, bantuan beras tersebut merupakan bagian dari UEA Aid melalui Emirates Red Crescent, yang disalurkan dengan menggandeng organisasi kemanusiaan nasional. Muhammadiyah ditunjuk sebagai salah satu mitra penyalur karena memiliki jaringan luas hingga ke daerah terdampak bencana dan kelompok rentan.
Pemerintah menyatakan penyaluran bantuan kemanusiaan ini tetap berada dalam pengawasan dan koordinasi, agar tepat sasaran serta sesuai dengan tujuan awal bantuan, yakni membantu masyarakat yang terdampak bencana dan kondisi darurat pangan.
Muhammadiyah sendiri dikenal aktif dalam kegiatan kemanusiaan, termasuk pengelolaan bantuan internasional, baik untuk penanganan bencana alam, krisis pangan, maupun bantuan sosial lainnya di berbagai wilayah Indonesia.
Dengan adanya penegasan ini, masyarakat diimbau tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tetap mengacu pada keterangan resmi dari pemerintah dan lembaga terkait.
