Ciamis, 23 November 2025 —
Jagat dunia maya kembali bergetar. Seorang kepala desa di Ciamis mendadak jadi bintang panas setelah kelakuannya terekam dan viral di mana-mana. Asep Ari, Kepala Desa Mekarmukti, Cisaga, kini berada di pusaran kritik setelah mengeluarkan pernyataan yang dianggap sangat arogan, memprovokasi, dan merendahkan profesi jurnalistik.
Insiden terjadi pada Rabu, 05 November 2025, di Aula Kecamatan Sadananya dalam acara audiensi PPDI. Forum yang seharusnya penuh silaturahmi berubah menjadi gelombang panas akibat ucapan sang kades.
Di hadapan peserta PPDI, Asep Ari diduga berkata:
“Wartawan jeng aing, tanggung jawab aing!”
“Aing moal mundur ku wartawan, diaduan ku aing!”
Ucapan keras dan bernada menantang ini langsung menyulut emosi peserta forum dan memantik reaksi publik. Banyak yang menyebut gaya bicara tersebut lebih cocok untuk adu gengsi di warung kopi, bukan di forum resmi pemerintahan.
PPDI Syok, Forum Membeku: “Ini Kepala Desa atau Preman Orasi?”
Peserta PPDI mengaku tercengang—bahkan sebagian malu—melihat sikap seorang pemimpin desa yang tampil dengan gaya seolah kebal kritik dan tak tersentuh hukum.
Padahal acara tersebut bertujuan menyatukan langkah antara desa dan media.
Namun dengan satu kalimat kasar, suasana langsung berputar 180 derajat.
Banyak perangkat desa menilai pernyataan itu mencoreng nama PPDI Ciamis, membuat forum resmi berubah seperti ajang pamer kekuasaan.
Pewarta Se-Indonesia Murka: “Sampai di Mana Arogansi Pejabat Desa Ini?”
Kemarahan wartawan di berbagai daerah langsung membludak. Ratusan komentar muncul dari grup-grup jurnalis nasional. Banyak yang menyebut ucapan itu sebagai bentuk pelecehan profesi dan tantangan terbuka yang tidak pantas diucapkan pejabat publik mana pun—apalagi setingkat kepala desa.
Beberapa tanggapan keras dari para pewarta:
– “Ini bukan sekadar emosi. Ini bentuk melecehkan profesi jurnalistik!”
– “Kalau ada masalah dengan satu media, kenapa menghajar semua wartawan?”
– “Gaya begini menunjukkan minimnya literasi hukum komunikasi.”
Gelombang kecaman terus mengalir. Publik mulai menuntut klarifikasi terbuka, karena apa yang terjadi bukan hanya persoalan personal—melainkan menyangkut kehormatan profesi.
Warganet Meledak: “Baru Kades Saja Sudah Begini. Besok Jadi Apa?”
Media sosial pun mendidih. Warganet menyambut viralnya video ini dengan komentar pedas:
– “Baru kades udah gaya super power.”
– “Pemimpin kok ngomong kayak ngajak ribut?”
– “Harusnya jadi pemimpin itu merangkul, bukan ngancam.”
Bahkan beberapa warganet menyindir bahwa perilaku seperti ini adalah cermin mental pejabat yang anti kritik, padahal dikritik adalah hal biasa dalam jabatan publik.
Ada Apa di Balik Kalimat Panas Asep Ari? Publik Menunggu Jawaban!
Pertanyaan terbesar kini bergulir ke permukaan:
apa yang sebenarnya terjadi sampai seorang kepala desa berani melontarkan ucapan seperti itu di forum resmi?
Hingga kini, Asep Ari belum memberikan klarifikasi terbuka.
Publik menunggu, pewarta menunggu, PPDI pun disebut menunggu.
Yang jelas, insiden ini tidak akan mereda dalam waktu dekat.
Selama belum ada penjelasan, gelombang kritik dipastikan terus mengalir.
Penutup: Ketika Etika Ditabrak, Publik Tidak Akan Diam
Kejadian ini menjadi alarm bahwa pejabat publik wajib memahami:
jabatan bukan tameng untuk bersikap sesuka hati.
Ucapan yang merendahkan profesi lain dapat berujung efek domino yang merusak hubungan lembaga dan masyarakat.
PPDI diharapkan tetap menjaga marwah dan segera mengambil langkah bijak.
Sementara kalangan pers menegaskan:
kritik bukan alasan untuk mengancam atau merendahkan wartawan.
Red
