Catur Sagatra 2025 Jadi Tugas Luar Karaton Pertama GKR Panembahan Timoer


 YOGYAKARTA — Pagelaran Catur Sagatra yang digelar pada Jum’at (28/11/2025) di Bangsal Kepatihan kompleks Kantor Gubernur DIY menghadirkan suasana berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Mengusung tema “Kalyana: Olah Pikir, Olah Raga, Olah Jiwa”, gelaran tahunan yang mempertemukan empat istana trah Mataram Islam ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi budaya, tetapi juga ruang refleksi mendalam mengenai harmoni manusia, budaya, sejarah, dan spiritualitas.


Di tengah megahnya bangunan Kepatihan, kehadiran GKR Panembahan Timoer menjadi pusat perhatian. Putri Sawarga SISKS Pakoe Boewono XIII itu baru saja dikukuhkan oleh SISKS Pakoe Boewono XIV sebagai Pengageng Sasana Wilapa, dan Catur Sagatra ini merupakan tugas adat perdananya di luar Karaton Surakarta. Kehadirannya menandai babak baru peran aktif Karaton Kasunanan Surakarta dalam forum budaya empat istana.


Pada gelaran Catur Sagatra tahun ini, seluruh delegasi diwakili oleh para perempuan trah Mataram Islam. Dari Surakarta hadir GKR Panembahan Timoer; dari Ngayogyakarta tampil GKR Bendara, putri Sri Sultan Hamengkubawana X; dari Mangkunegaran hadir GRAj. Ancillasura Marina Sudjiwo, putri KGPAA Mangkunegara IX; dan dari Pakualaman hadir GKBRAA Paku Alam, permaisuri KGPAA Pakualam X. Pertemuan keempat perempuan bangsawan ini menjadi simbol keanggunan dan kecakapan perempuan Jawa dalam memikul amanah budaya.


Tema Kalyana: Olah Pikir, Olah Raga, Olah Jiwa tercermin dalam seluruh rangkaian kegiatan. Olah pikir hadir dalam dialog budaya yang memperkuat kesadaran historis empat istana. Olah raga tercermin melalui gerak prosesi dan kedisiplinan adat yang terjalin dalam tata upacara. Sementara olah jiwa tampak pada laku hening, penghayatan nilai, serta niat tulus menjaga keharmonisan Mataram Islam lintas generasi.


Setelah mengikuti seluruh kegiatan, GKR Panembahan Timoer memberikan pernyataan saat dikonfirmasi awak media. Ia menegaskan bahwa Catur Sagatra merupakan ruang penting dalam meneguhkan kembali hubungan antar-istana.


“Catur Sagatra ini bukan sekadar pertemuan seremonial. Ini adalah ruang penting untuk kembali menyatukan komitmen empat istana dalam menjaga martabat adat dan budaya Jawa. Tema Kalyana hari ini semakin menguatkan bahwa warisan Mataram Islam bukan hanya tentang tradisi, tetapi juga tentang bagaimana kita menata pikir, menata gerak, dan menata jiwa,” ucapnya.


Beliau juga menyoroti kehadiran penuh para delegasi perempuan, yang menurutnya membawa makna mendalam bagi kesinambungan adat.


“Tahun ini memiliki makna khusus karena seluruh delegasi adalah perempuan. Ini menunjukkan bahwa perempuan dalam tradisi Mataram Islam bukan hanya simbol keanggunan, tetapi juga pemikul amanat budaya. Ketika empat istana diwakili para putri, ada pesan kuat bahwa kesinambungan adat juga bertumpu pada keteguhan dan welas asih yang dibawa perempuan,” tegasnya.


GKR Panembahan Timoer juga menyatakan bahwa tugas ini menjadi kehormatan tersendiri baginya, mengingat ini adalah langkah pertama yang ia emban setelah menerima dhawuh dari SISKS Pakoe Boewono XIV.


“Ini tugas perdana saya di luar Karaton setelah dikukuhkan sebagai Pengageng Sasana Wilapa. Saya menjalankannya dengan penuh tanggung jawab dan harapan semoga kehadiran Karaton Surakarta hari ini memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat persaudaraan empat istana,” tambahnya.


Pagelaran kemudian ditutup dengan persembahan seni tradisi dari masing-masing istana, mencerminkan jalinan harmoni antara olah pikir, olah raga, dan olah jiwa sebagaimana tema Kalyana yang diusung. Catur Sagatra 2025 pun meninggalkan kesan mendalam bahwa perempuan trah Mataram Islam kini tampil sebagai pilar penting dalam merawat keluhuran budaya dan jati diri Mataram.[red]


Toni, Kepala Perwakilan Jawa Tengah - Media Mata Peristiwa Net

Lebih baru Lebih lama