MataPeristiwa-Net | Internasional
Tahun 2025 menjadi pengingat keras bahwa dunia masih jauh dari kata damai. Sejumlah perang dan konflik bersenjata terus berkecamuk di berbagai belahan dunia, menelan korban jiwa dalam jumlah besar dan memicu krisis kemanusiaan berkepanjangan.
Data lembaga pemantau konflik internasional menunjukkan, sebagian besar korban berasal dari kalangan warga sipil. Infrastruktur sipil hancur, jutaan orang mengungsi, dan akses terhadap bantuan kemanusiaan semakin terbatas akibat eskalasi kekerasan. Berikut tujuh perang dan konflik bersenjata paling mematikan sepanjang 2025.
1. Perang Rusia–Ukraina
Konflik Rusia–Ukraina masih menjadi perang paling berdarah di dunia. Pertempuran intens terjadi di wilayah timur dan selatan Ukraina, dengan penggunaan artileri berat, drone tempur, dan serangan rudal jarak jauh.
Korban terus berjatuhan, sementara kerusakan infrastruktur vital memperburuk kondisi hidup warga sipil, terutama di wilayah garis depan.
2. Perang Saudara Sudan
Sudan tenggelam dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk pada 2025. Pertempuran antara militer Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) meluas ke berbagai wilayah, termasuk ibu kota Khartoum dan Darfur.
Jutaan warga terpaksa mengungsi, sementara laporan kekerasan terhadap warga sipil dan kelangkaan pangan terus meningkat.
3. Konflik Israel–Palestina
Konflik Israel–Palestina kembali memanas sepanjang 2025, dengan Jalur Gaza menjadi wilayah paling terdampak.
Serangan udara, operasi darat, dan tembakan roket menyebabkan ribuan korban jiwa, mayoritas warga sipil. Akses bantuan kemanusiaan yang terbatas membuat situasi di Gaza semakin kritis.
4. Konflik Bersenjata di Republik Demokratik Kongo
Wilayah timur Republik Demokratik Kongo terus dilanda konflik antara militer pemerintah dan kelompok bersenjata.
Perebutan wilayah, kekerasan terhadap warga desa, dan instabilitas keamanan menyebabkan ribuan orang tewas serta ratusan ribu lainnya mengungsi, menjadikan konflik ini sebagai salah satu yang paling mematikan namun minim sorotan global.
5. Kekerasan Ekstremis di Kawasan Sahel
Kawasan Sahel Afrika, termasuk Mali, Burkina Faso, dan Niger, mengalami peningkatan serangan kelompok ekstremis bersenjata.
Desa-desa diserang, warga sipil menjadi korban, dan krisis pengungsian lintas negara terus meluas. Konflik ini juga memperparah kerawanan pangan di kawasan tersebut.
6. Konflik di Myanmar
Perang saudara di Myanmar antara junta militer dan kelompok perlawanan bersenjata masih berlangsung sengit.
Serangan udara ke wilayah sipil, pertempuran darat, serta pembatasan akses kemanusiaan menyebabkan ribuan korban jiwa dan jutaan pengungsi internal.
7. Ketegangan Bersenjata di Kashmir
Ketegangan antara India dan Pakistan di wilayah Kashmir kembali memicu bentrokan bersenjata.
Meski skalanya lebih kecil dibanding konflik lain, baku tembak di sepanjang Garis Kontrol tetap menelan korban dan menjaga kawasan tersebut dalam situasi rawan konflik.
Kaleidoskop konflik 2025 menunjukkan bahwa perang modern semakin berdampak langsung pada warga sipil. Anak-anak, perempuan, dan kelompok rentan menjadi korban utama, sementara upaya perdamaian kerap tersendat oleh kepentingan politik dan militer.
Tahun 2025 pun dicatat sebagai salah satu periode paling kelam bagi kemanusiaan, menegaskan bahwa dunia, hingga kini, benar-benar belum baik-baik saja.
.jpeg)