Aceh Bergejolak! SPBU Dipadati Massa, BBM Dianggap Langka — Fakta Sebenarnya Terungkap


MATA PERISTIWA-NET — Aceh.

Ketegangan terjadi di berbagai wilayah Aceh setelah warga berbondong-bondong menyerbu SPBU sejak awal pekan. Antrean kendaraan memanjang hingga ratusan meter bahkan mendekati 1 kilometer di sejumlah titik, memunculkan kekhawatiran bahwa BBM benar-benar kosong.

Di Banda Aceh, Pidie, Bireuen, hingga Aceh Utara, ribuan kendaraan tumpah ruah di jalur depan SPBU, membuat kemacetan panjang tak terhindarkan. Banyak warga yang kehabisan bensin sebelum mencapai titik isi ulang dan terpaksa mendorong motor.

Antrean Semrawut, Warga Panik Tak Terbendung

Fenomena di lapangan memperlihatkan:

Pengendara antre sejak subuh, bahkan sebelum SPBU buka.

Warga ikut antre meski tangki belum kosong karena takut kehabisan stok.

Beberapa SPBU sempat berhenti sebentar akibat gangguan listrik, memicu kepanikan lebih besar.

Situasi ini terjadi bersamaan dengan distribusi BBM di wilayah banjir yang sempat tersendat sehingga suplai ke SPBU tertentu sedikit terlambat.

Pemerintah & Pertamina Buka Suara: Stok Aman

Pemerintah Aceh bersama Pertamina menegaskan bahwa tidak terjadi kelangkaan BBM. Kuota harian disebut normal, dan suplai ke SPBU tidak berkurang.

Pertamina memastikan:

12 mobil tangki tambahan dikerahkan untuk mempercepat distribusi.

Akses logistik di wilayah banjir sedang dipulihkan.

Kepadatan di SPBU lebih banyak dipicu oleh panic buying, bukan stok kosong.

Imbauan: Jangan Menimbun, Jangan Panik

Wakil Wali Kota Banda Aceh meminta warga berhenti melakukan pembelian berlebihan.

BBM tidak habis. Panic buying justru menciptakan kemacetan dan antrean tidak perlu,” tegasnya.

Pertamina juga meminta masyarakat membeli BBM secukupnya agar pelayanan kembali normal.

Catatan Mata Peristiwa-Net:

Fenomena kepanikan massal seperti ini harus menjadi evaluasi serius. Informasi yang tidak terkoordinasi memicu ketakutan berlebihan, sementara daerah terdampak bencana membutuhkan prioritas distribusi yang lebih sigap.

Lebih baru Lebih lama